Kenali Reaksi Tubuh ketika Kekurangan Oksigen, Mulai Lemas Hingga Kerusakan Otak

Oksigen sebagai salah satunya hal yang dibutuhkan badan manusia supaya bisa berperan dengan normal. Tanpa oksigen yang cukup, beberapa organ penting, seperti otak dan jantung, akan alami kerusakan serius dalam sekejap.

Tetapi, batasan waktu yang pas saat badan manusia bisa bertahan tanpa oksigen bervariatif bergantung pada faktor-faktor. Ini bergantung beberapa hal seperti keadaan pribadi, temperatur lingkungan, dan perlakuan bantuan pertolongan pertama kali yang diberi.

Pada beberapa kasus, minimnya oksigen pada tubuh Slot resmi gacor ini dapat dikarenakan oleh beragam hal mulai kerusakan organ pernafasan sampai keracunan karbon. Keadaan keracunan karbon ini rawan dirasakan mereka yang terjerat pada tempat sempit seperti kapal selam.

“Kapan saja manusia terjebak pada tempat dengan udara yang sempit, beberapa orang menduga jika oksigen yang terpenting, tetapi malah kehadiran karbon dioksida sebagai hal yang penting jadi perhatian,” jelas dr. Dale Molé dikutip dari Independent.

“Orang Slot resmi indonesia yang ada dalam akan kesusahan bernapas, kedalaman respirasi mereka akan bertambah. Ini mengakibatkan timbulnya sakit di kepala dan berbuntut tidak sadarkan diri,” tambahnya.

Lebih jauh, dr. Molé ungkap jika pada keadaan itu, bukan kekurangan oksigen yang membunuh. Tingginya kandungan dioksida pada keadaan yang tertutup menjadi pemicu kematian.

Dikutip dari Insider, badan manusia minimal dapat bertahan sampai tiga menit tanpa oksigen. Kehilangan oksigen dalam periode waktu semakin lama dari itu dapat mengakibatkan imbas beresiko seperti kerusakan otak.

Dalam pada itu, dari mereka yang alami keadaan kekurangan oksigen, ada keadaan yang disebutkan hipoksia yang beresiko mereka alami. Istilah hipoksia ini sebelumnya sempat ramai dipakai beberapa lalu karena sebagai salah satunya tanda-tanda saat seorang terkena COVID-19.

 

error: Content is protected !!